PROLOG
Dulu saya punya sebuah mimpi. Saya sebut mimpi, karena saya
kurang yakin itu bisa terwujud. Saya punya banyak mimpi yang agak mustahil.
Tapi ternyata mimpi-mimpi mustahil itu perlahan satu per satu bisa terwujud.
Mimpi saya kali ini adalah
TOP OF RINJANI 3726 mdpl...
Mimpi ini sebenarnya hampir terwujud tahun kemarin. Tapi karena
beberapa hal, tahun kemarin saya membatalkannya dengan lapang dada tapi
disertai rasa kecewa.
Puncak Gunung Rinjani |
Pantai Senggigi |
![]() |
Gili Trawangan |
![]() |
Puncak Gunung Penanggungan |
Terlalu banyak pihak yang membantu memperlancar trip saya, baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja maupun tidak sengaja, disadari maupun tidak disadari, semoga mereka mendapat balasan yang lebih dan lebih dari Allah SWT. Karena saya sendiri mungkin tidak bisa membalasnya dengan tangan saya sendiri.
Berjuta-juta terima kasih saya haturkan kepada:
- Allah SWT. Tanpa campur tangan-Nya, semua tidak akan terwujud. Dia selalu memberi lebih dari apa yang saya minta. Thanx a lot for my God.
- Ibu dan bapak saya. Lebih dari sebulan sebelum keberangkatan, saya sudah minta ijin pada mereka. Mereka yang pada awalnya sangat menentang, di ujung keberangkatan saya mereka memberikan doa restu. Walau sebenarnya kalau saya jadi mereka, saya juga tidak akan bisa berkomentar. Maafkan saya Bu’, Pak.Timing keberangkatan saya memang tidak tepat. Tapi hanya di waktu itulah saya bisa mewujudkan mimpi itu. Maaf beribu maaf...
- Dani (adik saya), Mas Adhi (kakak saya), Mbak Tini (kakak ipar saya, istri dari Mas Adhi), dan Kakak ‘Ainii (keponakan saya satu-satunya, dia sekarang tidak mau dipanggil Dek ‘Aini, mintanya dipanggil “kakak”, padahal dia belum punya adik). Terima kasih atas suportnya. Walaupun awalnya mereka semua juga sama menentangnya. Saya tidak marah atas penentangan itu. Karena saya sadar, memang timing’nya!
- Mbak Ipung dan Mas Dodot yang sukarela meminjamkan peralatan. Maklum, saya ini bukan pendaki, jadi saya tidak punya alat-alat trekking. Jadi saya harus pinjam alat-alat yang saya butuhkan untuk trip saya.
- Mbak Ruli, sahabat saya sejak jaman SMA. Namun sebenarnya kami sudah saling mengenal sejak SMP, tapi baru pas SMA kami mulai saling jatuh cinta. Karena kami dipertemukan di sebuah organisasi sekolah, PERSADA. Sebuah organisasi yang hampir saya lupakan dalam garis ingatan saya. Padahal dari organisasi ini saya mulai melangkah.
- Mbak Nununx, sahabat saya sejak SMA juga. Terima kasih atas suport dan doa jarak jauhnya. Walaupun saya tidak pernah cerita tentang kegilaan saya yang satu ini, gampang juga dia tiba-tiba tahu. Dia memang bagaikan dukun, selalu tahu tanpa saya beritahu.
- Ipenk dan Surya, yang telah menemani saya dalam perjalanan dari pulau Jawa menuju pulau Lombok kemudian ke Rinjani. Dan kemudian kami berpisah di kota Mataram setelah kami menyelesaikan trip ke Rinjani.
- Aseng (teman Ipenk) yang sudah meminjamkan headlamp’nya ke saya.
- Beberapa teman di Bali yang kami hubungi saat kami kebingungan di terminal Ubung Denpasar-Bali (koyo to Mbak Sri).
- Bang Bintoro, sahabat saya seorang guide Rinjani asal Jember-Jawa Timur. Kebetulan kami sehobby dan sama-sama pencinta skuter klasik. Puoll dey jasanya. Dari dia saya bisa pinjam skuter buat muter-muter dan narsis mania di daerah Senggigi. Memberi tumpangan cuma-cuma dari Senggigi sampai Sembalun. Menuntun perjalanan kami selama menuju puncak Rinjani.
- Amak Bibi, Amak Listiyani, Amak Linda dan Amak Diki. 4 porter gokil yang selalu ngocok perut saya. Dari lereng Sembalun menuju Plawangan Sembalun, sampai saat berpisah di danau Segara Anak.
- Keluarga Pak Bowo, TNI asal Salatiga yang ditempatkan di daerah Mataram. Masih saudara dengan Ipenk. Terima kasih atas tumpangan gratis dan sajian makanan istimewa selama kami di Mataram.
- Mas Koes Nadi, temennya Bang Bintoro. Yang dengan senang hati meminjamkan dome hangatnya, mengantar saya ke Gili Trawangan (bersama temannya yg baru pulang dari Bandung, Bang Dedy), lalu mengajak saya ke sebuah tempat camp indah di Sesaot (Aiknyet) bersama teman-temannya dari PALASMA.
- Bang Emen, kondektur bus PO Titan Mas jurusan Surabaya-Sumbawa. Pria berpenampilan sangar, bertato dan bertindik, tapi menurut saya mawar berduri lebih sangar dari dia. Hatinya hati sinetron.
- Pak Sopir PO Titan Mas jurusan Surabaya-Sumbawa. Yang telah berbagi banyak cerita tentang gunung selama saya berada di lokasi minim terhimpit di balik pintu bus depan. Maklum, saya penumpang dengan tarip super ekonomi.
- Beberapa calon TKI ilegal, yang menemani saya dalam sebuah obrolan di atas kapal fery menuju pulau Bali dan Jawa.
- Mas Gimbuk dan Dek Yunuz. Mereka telah menemani sekaligus menjadi porter sukarela dalam perjalanan saya menuju 1653 mdpl (gunung Penanggungan).
- Mas Pian yang sudah mengantar saya dan rombongan Penanggungan dari Malang sampai terminal Pandaan.
- Ibu Indah yang cerewet dan asik, penjaga warung kopi sekaligus pos pendakian gunung Penanggungan Tamiajeng, Mojokerto, Jawa Timur.
- Semua pihak yang telah membantu dan mendoakan kelancaran trip saya.
- Thank's for all.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan sebuah kesan setelah anda membaca tulisan ini. Satu kata kritik dan saran dari anda, menjadi sejuta manfaat bagi saya. Terima kasih...