Kamis, 11 Agustus 2011

THE ELEVEN DAYS (Episode 1)

PROLOG
Dulu saya punya sebuah mimpi. Saya sebut mimpi, karena saya kurang yakin itu bisa terwujud. Saya punya banyak mimpi yang agak mustahil. Tapi ternyata mimpi-mimpi mustahil itu perlahan satu per satu bisa terwujud.
Mimpi saya kali ini adalah TOP OF RINJANI 3726 mdpl...
Mimpi ini sebenarnya hampir terwujud tahun kemarin. Tapi karena beberapa hal, tahun kemarin saya membatalkannya dengan lapang dada tapi disertai rasa kecewa.

Puncak Gunung Rinjani
Trip saya kali ini sebenarnya hanya satu tujuan, yaitu puncak gunung RINJANI (dengan ketinggian 3726 mdpl, terletak di Pulau Lombok, Propinsi Nusa Tenggara Barat). Namun saya tidak pernah menyangka bahwa saya akan mendapat banyak bonus dalam trip saya kali ini. Bukan hanya Rinjani yang saya peroleh, saya juga sempat mengunjungi Pantai Senggigi, Gili Trawangan, tempat camp yang indah di daerah Sesaot (Aiknyet) bersama sahabat saya Bang Koes Nadi beserta sahabat-sahabatnya dari PALASMA (Pecinta Alam SMAN 1 Mataram), Suranadi (salah satu daerah kuliner di Lombok). Kemudian saya masih bisa menambahkan satu bonus lagi, naek gunung Penanggungan d daerah Mojokerto Jawa Timur. Gunung kecil sih, tingginya 1653 mdl. Gunung ini sebagai penutup rangkaian trip saya.
Pantai Senggigi
Perkiraan awal saya, trip ini akan menghabiskan waktu 10 hari dari saya berangkat dari rumah (Boyolali-Jawa Tengah) menuju Rinjani (Pulau Lombok-Nusa Tenggara Barat) dan kembali lagi ke rumah. Ternyata waktu saya molor satu hari, jadi 11 hari. Tapi saya mendapat banyak bonus, bukan hanya bisa mencapai Rinjani tapi juga beberapa tempat yang sudah saya uraikan sebelumnya. Trip ini memakan waktu 11 hari, dari saya berangkat dari rumah sampai saya kembali ke rumah lagi, karenanya saya memberi judul “The Eleven Days”.
Gili Trawangan
Banyak sekali yang saya dapatkan dalam trip ini. Ilmu dari berbagai aspek. Sedikit pengetahuan tentang bisnis, persahabatan, watak orang, ilmu ikhlas, kepercayaan, bagian kecil budaya daerah di beberapa tempat di Indonesia, keseragaman bahasa daerah, pembelajaran logat daerah, perjuangan hidup, kesetiaan, budaya tentang pernikahan, cerita cinta manusia, bagian kecil dari keindahan alam Indonesia, eratnya sebuah tali persaudaraan organisasi, ketangguhan menghadapi dunia yang tidak saya kenal, cara komunikasi dengan berbagai macam watak dan budaya seseorang, cara menjadi pemenang dalam sebuah perjuangan, cara memberi support pada diri sendiri dan orang lain, banyak lagi, dan banyak lagi ilmu yang saya dapatkan yang sulit untuk saya ungkapkan.
Puncak Gunung Penanggungan




Terlalu banyak pihak yang membantu memperlancar trip saya, baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja maupun tidak sengaja, disadari maupun tidak disadari, semoga mereka mendapat balasan yang lebih dan lebih dari Allah SWT. Karena saya sendiri mungkin tidak bisa membalasnya dengan tangan saya sendiri.
 







Berjuta-juta terima kasih saya haturkan kepada:

  1. Allah SWT. Tanpa campur tangan-Nya, semua tidak akan terwujud. Dia selalu memberi lebih dari apa yang saya minta. Thanx a lot for my God.
  2. Ibu dan bapak saya. Lebih dari sebulan sebelum keberangkatan, saya sudah minta ijin pada mereka. Mereka yang pada awalnya sangat menentang, di ujung keberangkatan saya mereka memberikan doa restu. Walau sebenarnya kalau saya jadi mereka, saya juga tidak akan bisa berkomentar. Maafkan saya Bu’, Pak.Timing keberangkatan saya memang tidak tepat. Tapi hanya di waktu itulah saya bisa mewujudkan mimpi itu. Maaf beribu maaf...
  3. Dani (adik saya), Mas Adhi (kakak saya), Mbak Tini (kakak ipar saya, istri dari Mas Adhi), dan Kakak ‘Ainii (keponakan saya satu-satunya, dia sekarang tidak mau dipanggil Dek ‘Aini, mintanya dipanggil “kakak”, padahal dia belum punya adik). Terima kasih atas suportnya. Walaupun awalnya mereka semua juga sama menentangnya. Saya tidak marah atas penentangan itu. Karena saya sadar, memang timing’nya!
  4. Mbak Ipung dan Mas Dodot yang sukarela meminjamkan peralatan. Maklum, saya ini bukan pendaki, jadi saya tidak punya alat-alat trekking. Jadi saya harus pinjam alat-alat yang saya butuhkan untuk trip saya.
  5. Mbak Ruli, sahabat saya sejak jaman SMA. Namun sebenarnya kami sudah saling mengenal sejak SMP, tapi baru pas SMA kami mulai saling jatuh cinta. Karena kami dipertemukan di sebuah organisasi sekolah, PERSADA. Sebuah organisasi yang hampir saya lupakan dalam garis ingatan saya. Padahal dari organisasi ini saya mulai melangkah.
  6. Mbak Nununx, sahabat saya sejak SMA juga. Terima kasih atas suport dan doa jarak jauhnya. Walaupun saya tidak pernah cerita tentang kegilaan saya yang satu ini, gampang juga dia tiba-tiba tahu. Dia memang bagaikan dukun, selalu tahu tanpa saya beritahu.
  7. Ipenk dan Surya, yang telah menemani saya dalam perjalanan dari pulau Jawa menuju pulau Lombok kemudian ke Rinjani. Dan kemudian kami berpisah di kota Mataram setelah kami menyelesaikan trip ke Rinjani.
  8. Aseng (teman Ipenk) yang sudah meminjamkan headlamp’nya ke saya.
  9. Beberapa teman di Bali yang kami hubungi saat kami kebingungan di terminal Ubung Denpasar-Bali (koyo to Mbak Sri).
  10. Bang Bintoro, sahabat saya seorang guide Rinjani asal Jember-Jawa Timur. Kebetulan kami sehobby dan sama-sama pencinta skuter klasik. Puoll dey jasanya. Dari dia saya bisa pinjam skuter buat muter-muter dan narsis mania di daerah Senggigi. Memberi tumpangan cuma-cuma dari Senggigi sampai Sembalun. Menuntun perjalanan kami selama menuju puncak Rinjani.
  11. Amak Bibi, Amak Listiyani, Amak Linda dan Amak Diki. 4 porter gokil yang selalu ngocok perut saya. Dari lereng Sembalun menuju Plawangan Sembalun, sampai saat berpisah di danau Segara Anak.
  12. Keluarga Pak Bowo, TNI asal Salatiga yang ditempatkan di daerah Mataram. Masih saudara dengan Ipenk. Terima kasih atas tumpangan gratis dan sajian makanan istimewa selama kami di Mataram.
  13. Mas Koes Nadi, temennya Bang Bintoro. Yang dengan senang hati meminjamkan dome hangatnya, mengantar saya ke Gili Trawangan (bersama temannya yg baru pulang dari Bandung, Bang Dedy), lalu mengajak saya ke sebuah tempat camp indah di Sesaot (Aiknyet) bersama teman-temannya dari PALASMA.
  14. Bang Emen, kondektur bus PO Titan Mas jurusan Surabaya-Sumbawa. Pria berpenampilan sangar, bertato dan bertindik, tapi menurut saya mawar berduri lebih sangar dari dia. Hatinya hati sinetron.
  15. Pak Sopir PO Titan Mas jurusan Surabaya-Sumbawa. Yang telah berbagi banyak cerita tentang gunung selama saya berada di lokasi minim terhimpit di balik pintu bus depan. Maklum, saya penumpang dengan tarip super ekonomi.
  16. Beberapa calon TKI ilegal, yang menemani saya dalam sebuah obrolan di atas kapal fery menuju pulau Bali dan Jawa.
  17. Mas Gimbuk dan Dek Yunuz. Mereka telah menemani sekaligus menjadi porter sukarela dalam perjalanan saya menuju 1653 mdpl (gunung Penanggungan).
  18. Mas Pian yang sudah mengantar saya dan rombongan Penanggungan dari Malang sampai terminal Pandaan.
  19. Ibu Indah yang cerewet dan asik, penjaga warung kopi sekaligus pos pendakian gunung Penanggungan Tamiajeng, Mojokerto, Jawa Timur.
  20. Semua pihak yang telah membantu dan mendoakan kelancaran trip saya.
  21. Thank's for all.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan sebuah kesan setelah anda membaca tulisan ini. Satu kata kritik dan saran dari anda, menjadi sejuta manfaat bagi saya. Terima kasih...