Merapi, 25
Juni 2011
Aku (Wahyu Widyati, cewek) bersama
sahabatku (Rian Ruli Narulita, cewek). Temen lawas, saking lawas'e sampe kucel banget, diloundry-pun
masih tetep aja kucel!!! uffft....
Pagi dini hari
(01:30),
di depan pintu
base camp pendakian gunung Merapi, Selo – Boyolali (Rumah Pak Min), berdua
kami menundukkan kepala, memohon pada Yang Kuasa. Memohon
keselamatan, kelancaran, kekuatan. Kami berdua memulai sebuah perjalanan. Perjalanan
di atas tanah merapi. Dua sejoli sesama jenis, kembali menyibak kenangan masa
lampau. CLBK...
Dulu kami
juga pernah menjalani hal ini, tapi ntah berapa tahun yang lalu.
Dua senter
merah menerangi perjalanan kami, (senter milik bapak'ku, yang biasa dibawa mancing!! mungkin ni
di rumah bapakku kebingungan nyari senternya! kayaknya
hari ini beliau ada pLanning mo mancing!!! maafkan anakmu
ya bapak....hihihi....)
Dua ABG
tua!!! Dua wanita lajang kurang kerjaan. Menyusuri hutan, semak2, tanah kering berdebu, dengan
langkah siput. Yang satu kurang bersemangat, tanpa daya (Aku). Yang satu
keliatan ngantuk dan kurang daya juga (Rian Ruli Narulita). Tanpa
suara. Baru beberapa langkah kuayunkan, nafasku dah sangat ngos2an. Batuk pilek
agak mengganggu pernafasanku. Tapi tidak meruntuhkan tekadku. Walopun
sedikit agak tidak bersemangat, tapi kami berdua punya satu tekad bulat "HARUS PUNCAX".
Ketika
sampai di sebuah tempat dengan pathok terguling lemah di kiri jalan, tiba-tiba kami
sangat terbelalak!! Semangat kami tiba2 muncul di permukaan. Kami pikir
kami udah sampai Pathok 2. "Cepet bener!!!", pikir kami. Tenaga kami
seakan-akna langsung menambah tanpa tambahan nutrisi makanan yang
masuk. Suara teriakan-teriakan kecil kami mulai muncul seperti biasa. Irama
langkah kami terdengar asik. Kami mulai menikmati perjalanan yang sebelumnya terasa
dingin, membosankan, dan melelahkan. Kami pikir setengah perjalanan sudah kami lalui.
04:30 WIB
Betapa kagetnya kami ketika kami melihat sebuah Pathok berdiri gagah di depan kami!!! What's???? Apaaaaaaaa???? Ternyata kami baru sampai Pathok 2. Pathok yang rubuh yang kami lihat tadi ternyata adalah Pathok 1. Oh tidaaaaaaaakkkkkkkkkk!! Kami tertipuuuuu!! Tapi tak apalah berkat ketertipuan itu, kami jadi bersemangat! Tenaga kami bisa bangkit. Melihat kenyataan yang ada, tidak membuat kami patah semangad!! Kami semakin bersemangat.
Walau baru mulai memasuki daerah Pathok 2, badai menyambut kami. Angin gede, debu pasir lembut, abu vulkanik, bergabung menemani langkah kami. Uuuffff...........
Di tengah
perjalanan, utk pertama kalinya kami ketemu rombongan pendaki laen. Mereka berenam, 1 cewek 5 cowokok, dari Jogja. Pada
istirahat tidur di tengah jalan. Sejenak kami berdua istirahat sambil menikmati bekal kami, dan
sedikit bercengkrama dengan rombongan Jogja, melepas letih ;-)
Setelah
puas melepas sedikit lelah, kami pun melanjutkan langkah. Melompati
anak-anak manusia yang pada
bergelimpangan terlelap di tengah jalan setapak. Kasihan....
Anak-anak
terlantarrr.....
Semangat yang semakin
merekah. Bentangan jalur geger boyo telah terlihat jelas di depan kami. Terpaan
badai beserta debu pasir dan abu vulkanik dari arah selatan, tak
menyurutkan semangat dan tekad kami. pokoknya "HARUS PUNCAX"!!!!
go go go go go go go go go
go go go go go go go go go go go go go
go go go go go go go go go
go go go go go go go go go go go go go....
Berkali-kali kami harus memicingkan
mata, melindungi bola mata kami dari serangan debu pasir dan abu vulkanik. Harusnya
pake' kacamata renang, biar aman!!! Tapi kami gak persiapan. Yang kami persiapin
malah kacamata kuda! Salah kostum! Hehehe. Hidung dan mulut kami bungkam dengan slayer. Lumayan
melindungi!! Ingusku tak mau berhenti mengalir. Sejak awal perjalanan sampai saat ini. Tissue satu pack tinggal
seperempat. Kantong
clana lapanganku penuh sampah tissue bekas ingus!!! Perlu dimuseumkan!!! Hihihi...
Sampailah kami di sebuah
lorong sempit di jalur geger boyo. Berhimpit2an kami berlindung di dalamnya. Berlindung
dari terpaan badai dan debu. Berdua kami tunaikan ibadah sholat subuh. Sebenernya
dah agak telat!!! Tapi tak apalah. Gusti Allah Maha
Tahu, Maha Mengerti. Mengerti situasi dan kondisi kami ;-)
Menikmati
sunrise dari balik lorong sempit. Baru beberapa menit kami bermesraan di dalam lorong tiba2
angin dan debu menyerbu masuk dan berputar di dalam lorong ikut
bergabung dlm kemesraan kami!!! Huwaaaaaa.......... Kami berdua langsung berhamburan keluar lorong. Dan kembali
melanjutkan langkah ;-)
Menghabiskan
jalur geger boyo, Sampai di bukit memoriam. Wow! Satu
pemandangan asing bagiku. Bukit ini sekarang sudah
berubah. Memoriam di atasnya sudah lenyap,
tinggal besi penyangga yang masih tetap berdiri lunglai di atas bukit. Warna
hijaunya tidak luntur. Mata kami memandang ke bawah. Pemandangan
yang semakin asing. Sangat asing. Sepuluh tahun kami mengenal tempat ini. Tempat ini
sekarang telah berubah. Tak seperti saat pertama kami menyinggahinya. Pasar
Bubrah semakin bubrah. Makin sempit.
Kami turun
ke pasar bubrah. Batu besar di tengah-tengah Pasar Bubrah telah pecah, tinggal sebagian. Pos kecil
di dekat batu besar telah lenyap. Tempat dulu kami sembunyi saat gak bawa dome (entah
berapa tahun yang lalu). Batu dan kerikil tersebar dimana-mana. Kayaknya Pasar Bubrah dah gak bisa buat ngediri'in dome, kecuali kalo ada yang rela alas dome bolong-bolong dan robek-robek tertancap
batu dan kerikil tajam. Runtuhan pasir dari arah puncak yang begitu banyaknya
menutup sebagian halaman Pasar Bubrah, membuat Pasar
Bubrah semakin sempit. Merinding.... Kami berdua memutuskan istirahat agak lama. Mo masak
dulu. Kami bersembunyi di balik sisa batu besar di tengah Pasar Bubrah. Badai dan
debu berkali-kali menyerbu. "Masak-masak dulu kayaknya asik", isi otak kami. Kami keLuarkan
peralatan masak (pinjeman). Kami kaget saat ngluarin kompor dari sebuah pLastik putih
kecil. Wackz.... Kompor model lama!!! Pas pinjem kemaren kami juga gak ngecheck dalamnya dulu.
Ternyata isinya kompor gas model kupu2, model lama. Kami berdua sama-sama gak bisa
ngrakit. Maklum, kompor pinjeman. Kami gak berani ambil resiko. Takut akan
ledakan gas. Karna kami "HARUS
PUNCAX"!!! Kalo sampe kami kena ledakan gas, bagaimana bisa kami sampe puncax!!! *muLai
Lebay* Akhirnya kami makan bekal nasi yang dibawa Rian Ruli Narulita. Nasi dingin
tanpa dipanasi. Gak pa pa lah... Yang penting perut kami terisi karbohidariat. Bekal
energi menuju puncax. Makan nasi, lauk ikan goreng 2 potong!!! Tanpa ada
nikmatnya cokLat susu hangat. Tanpa ada merahnya sarden hangat. Tak apa... Ini bagian dari
titik ekstrim perjuangan!!! *Lebay lagi*
Aku meracik bekal
minum bwt perjalanan ekstrim menuju puncax. Kali ini aku pengen
air berasa!!! Berasa apa yaaaa enaknyaaa........ Aku pilih kolaborasi rasa mangga jeruk. Rian Ruli
Narulita pilih rasa original mangga ;-) Kusiapkan 2 botol 600ml air berasa.... Kami rasa
persiapan kami di Pasar Bubrah telah cukup. Kami berdiri
memandang bukit pasir di depan kami. Satu bukit lagi menuju puncak. Sanggupkah??? HARUS
SANGGUP!!! HARUS PUNCAX!!!! Ya Allah
berilah kami semangat, tenaga, kelancaran... Semoga kami selamat
sampai puncax, dan masih utuh saat kami kembali ke rumah. Amiin.
Tadi kami
dikasih sedikit pengarahan dari bapak guide yang nganterin tamu buLe. Bapak tadi gak brani
muncak gara-gara badai. Kami harus hati-hati melangkahi bukit pasir itu. Ambil jalur
lahar paling kiri. Jangan sampe ngambil arah ke batu besar di pertengahan
bukit (jalur menuju puncak sebelum erupsi). Karna bakal sulit
kLo dari situ
motong jalan ke arah kiri (selatan). Tujuan puncak
adalah arah ke kawah mati. Kalo dari bawah, arah yang harus kami tuju adalah bagian bukit yang berwarna hitam, sebelah
selatan. Inget, tidak ada jalur khusus menuju puncak. Keputusan
dan keselamatan ada di otak, tangan, dan kaki kami sendiri. Bekas tapak
manusia juga tidak terlihat, karena setelah erupsi kemarin masih jarang yang
naik. Sekalipun ada, bekas tapak mereka juga akan terkubur oleh debu yang
dibawa badai. Wejangan bapak itu
kami perhatikan baek-baek ;-)
semangaaaaaaaaaadddddddddddddddd!!!!!!!!!
HARUS PUNCAX!!!!!!
go go go go go go go go go
go go go go go go go go go go go go go
go go go go go go go go go
go go go go go go go go go go go go go....
07:00 WIB
sebelum mengarungi bukit
pasir menuju puncax, tak
lupa kami menundukkan kepala lagi.
memanjatkan do'a...
deg2an, kami mulai
perjalanan menuju puncax dengan
hati yang
sedikit tegang.
merapi yang sekarang
bukanlah merapi yang dulu kami kenal.
perlahan kami
berjalan ke arah selatan,sesuai apa yang diwejangkan bapak guide tadi.
kami jalan agak
miring, ke arah barat daya.
kami temui selembar sobekan kain hijau yang sepertinya sengaja ditindih bebatuan.
kami temui selembar sobekan kain hijau yang sepertinya sengaja ditindih bebatuan.
kami lihat ke arah
atas, sepertinya masih ada lagi sobekan kain hijau di sana.
mungkin pendaki2
sebelum kami sengaja memberi tanda lintasan menuju puncax.
kami ikuti arah
sobekan kain hijau itu.
runtuhan pasir dan
batu hasil erupsi merapi, tersebar tak beraturan di bukit ini.
pijakan2 kami
selalu saja meruntuhkan pertahanan mereka.
angin kencang
bercampur debu pasir dan abu vulkanik sering kali berputar2 mengiringi pijakan kami.
bila suara angin kencang terdengar berhembus mendekati kami,
bila suara angin kencang terdengar berhembus mendekati kami,
kami akan segera
menghentikan langkah,
tiarap di tempat,
berlindung sejenak, sambil menahan tangis,
melindungi mata
dan pernafasan kami dari serangan debu pasir dan abu vulkanik.
begitu berkali2
kami lakukan saat hal yang sama menghampiri kami.
bau khas belerang
gunung berapi masih tercium jelas di hidung Rian Ruli Narulita.
namun aku tak
merasakannya.
maklum, pilek
membuat indaria penciumanku kacau!! hihihi....
berjalan perlahan,
kutancapkan sepatu warrior ijo (pinjeman dari adekku) ke pasir2 di depannku.
teknik pendakian
mahameru yang diajarkan Dhodhot kuterapkan di sini.
*tancapkan ujung
sepatu ke jalan berpasir, agar pijakan kita tidak terlalu
jauh merosot ke
bawah. biar kita tidak begitu membuang2 tenaga dan waktu*
khusus untuk jalur
pasir, bukan utk jalur batu.
kLo teknik itu
diterapkan di jalur batu,
bisa remuk kakiku,
tapi yang lebih
kukhawatirkan, bisa remuk sepatu yang kupakai!! soalnya sepatu pinjeman, kLo rusak kan bisa berabe.
sepatu warrior ijo
ukuran 40, pinjem dari adek'ku. padahal ukuran sepatuku cm 37!!!
bisa dibayangkan
betapa luas ruang sisa dalam sepatu yang kupakai!!! tak ada orang yang
peduli kLo aku pake' sepatu kebesaran dan amat sangat
kedodoran!!! hahaha....
habisnya, aku dah
gak punya sendal 'n sepatu gunung ciy!!!
kan sebenernya aku
dah pensiun naek gunung!!! qaqaqa...
seperempat
perjalanan di bukit pasir menuju puncax,
terlihat 3 orang cowok,
rombongan dari jogja menyusul langkah kami.
3 orang dari
rombongan mereka kayak'nya gak berani ambil resiko,
mereka lebih
memilih menunggu 3 orang temannya dari balik batu di pasar bubrah.
sepertinya memang
pilihan paling aman saat ini.
dan keputusan yang
kami pilih adalah keputusan membahayakan nyawa sendiri!!!
sungguh tragis
kedengarannya.
atau terlalu Lebay
kedengarannya??? entahlah...
lebay ato tidak,
kami tidak sempat membahas kata Lebay.
kami terlalu sibuk
mengurusi pijakan mana yang harus kami pilih.
jalur dengan
kemiringan lebih dari 60 derajat seringkali kami temui.
90 derajat pun tak
mau kalah menghadang,
sempat kami panjat
jalur vertikal (90 derajat), dengan ketinggian sekitar 1,8 meter.
kami mengabadikan
moment ini dengan 2 buah photo dan
sebuah video
berdurasi 43 menit, dengan kamera 3,2 MP, dari Hp Nokia'ku
C2-01.
moment yang cukup
mengerikan.
hihihi...
jalur dengan
sebaran bebatuan terkadang terpaksa kami lalui.
ini yang agak membahayakan.
gak cuman agak!! tapi memang membahayakan.
membahayakan bagi orang di
bawah kami.
kLo kami gak hati2
memijaknya, bisa2 sebaran batu2 tanpa lem itu
bisa runtuh
menjatuhi orang di bawah kami.
itu berkali2
terjadi.
dan kami harus
teriak keras2 kasih tanda pada orang di bawah kami.
3 orang cowok
jogja di belakang kami,
kini telah
menyejajarkan posisinya di dekat kami.
bahkan satu orang
di antaranya telah berada lumayan jauh di depan kami.
dia telah berada
di atas batu besar di bawah puncax.
dia lebih dulu
mengambil keputusan ambil jalur kanan,
ke arah puncax
pemancar.
dia kayaknya
mengikuti sobekan kain hijau yang mengarah ke puncax pemancar.
bertolak belakang
dengan wejangan bapak guide tadi.
Aku dan Rian Ruli
Narulita agak bimbang dan bingung.
kami
terdiam membisu di bawah batu besar.
bingung
utk mengambil keputusan dan meneruskan arah langkah.
satu
cowok jogja di sebelah selatanku teriak ke arahku,
tapi aku tidak
begitu mendengar apa yang dibicarannya.
suara angin
mengalahkan suara cowok itu.
*dasar'nya juga
Wahyu tu boLot!!! Hikz*
aku menanyakan
beberapa kali apa yang diucapkannya.
setelah mengulang
beberapa kali akhirnya aku mendengar
apa yang
diucapkannya.
ternyata dia
menanyakan sesuatu padaku,
"Mbak, kamu
masih mau ke puncax??",
cowok tadi
berteriak kencang ke arahku.
kubuka slayer
penutup mulutku sejenak,
kujawab dengan
lantang, "Haaa??? Apa??? Puncax??? Aku masih mau ke puncax!!! AKU HARUS PUNCAX!!!".
Kututup lagi mulut
& hidungku dengan sLayer.
lalu kulanjutkan
langkahku menuju batu besar.
aku dan Rian Ruli
Narulita mulai bingung "jalan mana yang harus kami tempuh".
untung sinyal
INDOSAT penuh...
kutelepon sebuah
nomor.
GAGAL.
kucoba lagi nomor
yang laen.
GAGAL lagi.
kucoba sms,
kutujukan ke dua nomor yang kucoba kutelepon tadi.
"Boz, kLo
dari batu besar di bawah puncax, aku harus ambil
arah kemana? kanan
ato kiri? bales cepet. thanx!"
kukirimkan sms tersebut ke 2
no M3: 085728038*** dan 085743654***
thring thring....
delivered!
yeachhh...
kutunggu balasan dari
dua nomor tadi.
harap2 cemas.
akankah mereka
baca smsku.
kutunggu sambil
istirahat dalam sedikit kecemasan.
Hp'ku getar!
thring thring...
sms masuk...
2 new message.
2 sms memberi petunjuk
padaku.
2 petunjuk mengarahkanku
ambil langkah motong ke kiri!!
Aku & Rian Ruli Narulita
ambil keputusan, ambil langkah motong ke kiri.
2 cowok jogja tadi juga ambil
langkah motong ke kiri.
hadew...
bener kata bapak
guide tadi.
terlalu ngeri
jalur pemotongan ke kiri.
jalur-jalur sempit
kami lalui.
beberapa bekas
jejak sepatu msh tertanam di pasir.
jalan pasir dengan
lebar 10 cm di depan kami,
pasir tempat
pijakan kami adalah ujung dari kemiringan kira2 75 derajat.
tak bisa kami
bayangkan kLo pasir pijakan itu longsor!!Ya Allah, kuatkan pasir2 itu...
08:50 WIB
Hampir puncax....
semakin deg2an dan
tak kuat
menahan tangis.
agak tidak percaya
apa yang sedang kami lalui.
PERMAINAN NYAWA.
tak kalah ngeri dengann
perjalanan di bukit pasir MAHAMERU
yang kami lalui 3
minggu yang lalu....
dinding2 putih
padat di sebelah kanan kami.
beberapa pijakan
padat menyambut kami menuju puncax.
Empat langkah berinjak di
pasir...aaaaaccccccccccchhhhhhhh.........
PUNCAAAAAAAAXXXXXXXXXXXXX..................
PUNCAAAAAAAAXXXXXXXXXXXXX..................
PUNCAAAAAAAAXXXXXXXXXXXXX..................
yeeeeeeeee...........
oye oye oye....
hore hore hore.....
*moment ini kami
abadikan dalam sebuah video berdurasi 2 menit 41 detik*
Puncak merapi
paling baru, paling update.
Pendakian merapi
sekarang paling mentok cuman sampai kawah mati.
kawah mati
sekarang telah bangkit dari kematiannya.
asap belerang
berlarian keluar dari kawah mati.
uuuufffff...........
suasana puncax yang
begitu asing.
5 meter pijakan pasir
dengan kemiringan sekitar 70 derajat.
di sebelah selatan batu putih besar
berdiri gagah.
Arah barat laut,
harusnya ada jalan menuju puncax GARUDA *itu dulu*,
Tapi sekarang.....
jalan itu telah lenyap....
pelataran di ujung jalan juga telah lenyap...
dan.... “dimana GARUDAku”????
pelataran di ujung jalan juga telah lenyap...
dan.... “dimana GARUDAku”????
Lenyap.....
Sama sekali tak berbekas....
GARUDA yang dulu tinggal sayapnya, sekarang sama sekali telah lenyap bersama pijakan dan pelatarannya.
GARUDA yang dulu tinggal sayapnya, sekarang sama sekali telah lenyap bersama pijakan dan pelatarannya.
Kawah mati meluaskan areanya....
melahap puncak GARUDA dan pelatarannya....
melahap puncak GARUDA dan pelatarannya....
Batu2 kecil yang dulu pernah tertata membentuk huruf2 d
kawah mati juga hilang tak berbekas.
Suasana puncax yang terlalu asing bagi kami.
Terlalu banyak
kenangan yang dulu pernah kami ukir di puncak GARUDA, dasar kawah mati, pijakan GARUDA, kawah2 kecil yang
tersebar di sebrang puncax GARUDA.
Puncax GARUDA
tinggal kenangan.
Waktu itu kami
hanya bisa menikmati sayapnya,
Tak kami sangka anak cucu kami cuman kebagian ceritanya.
*berkali2 aku merinding saat menulis note ini*
*berkali2 aku merinding saat menulis note ini*
Kami tidak berani berlama2 di puncax.
Angin kencang beserta debu pasir & abu semakin
menggila.
serasa cukup berphoto2 ria, kami memutuskan untuk turun.
serasa cukup berphoto2 ria, kami memutuskan untuk turun.