Sabtu, 25 Juni 2011

MENAPAKI BEKAS ERUPSI MERAPI


Merapi, 25 Juni 2011
Pendakian kami yang pertama setelah Merapi erupsi di akhir tahun 2010 lalu.
Aku (Wahyu Widyati, cewek) bersama sahabatku (Rian Ruli Narulita, cewek). Temen lawas, saking lawas'e sampe kucel banget, diloundry-pun masih tetep aja kucel!!! uffft....

Pagi dini hari (01:30),
di depan pintu base camp pendakian gunung Merapi, Selo – Boyolali  (Rumah Pak Min), berdua kami menundukkan kepala, memohon pada Yang Kuasa. Memohon keselamatan, kelancaran, kekuatan. Kami berdua memulai sebuah perjalanan. Perjalanan di atas tanah merapi. Dua sejoli sesama jenis, kembali menyibak kenangan masa lampau. CLBK...
Dulu kami juga pernah menjalani hal ini, tapi ntah berapa tahun yang lalu.

Dua senter merah menerangi perjalanan kami, (senter milik bapak'ku, yang biasa dibawa mancing!! mungkin ni di rumah bapakku kebingungan nyari senternya! kayaknya hari ini beliau ada pLanning mo mancing!!! maafkan anakmu ya bapak....hihihi....)

Dua ABG tua!!! Dua wanita lajang kurang kerjaan. Menyusuri hutan, semak2, tanah kering berdebu, dengan langkah siput. Yang satu kurang bersemangat, tanpa daya (Aku). Yang satu keliatan ngantuk dan kurang daya juga (Rian Ruli Narulita). Tanpa suara. Baru beberapa langkah kuayunkan, nafasku dah sangat ngos2an. Batuk pilek agak mengganggu pernafasanku. Tapi tidak meruntuhkan tekadku. Walopun sedikit agak tidak bersemangat, tapi kami berdua punya satu tekad bulat "HARUS PUNCAX".


Ketika sampai di sebuah tempat dengan pathok terguling lemah di kiri jalan, tiba-tiba kami sangat terbelalak!! Semangat kami tiba2 muncul di permukaan. Kami pikir kami udah sampai Pathok 2. "Cepet bener!!!", pikir kami. Tenaga kami seakan-akna langsung menambah tanpa tambahan nutrisi makanan yang masuk. Suara teriakan-teriakan kecil kami mulai muncul seperti biasa. Irama langkah kami terdengar asik. Kami mulai menikmati perjalanan yang sebelumnya terasa dingin, membosankan, dan melelahkan. Kami pikir setengah perjalanan sudah kami lalui.







04:30 WIB

Betapa kagetnya kami ketika kami melihat sebuah Pathok berdiri gagah di depan kami!!! What's???? Apaaaaaaaa???? Ternyata kami baru sampai Pathok 2. Pathok yang rubuh yang kami lihat tadi ternyata adalah Pathok 1. Oh tidaaaaaaaakkkkkkkkkk!! Kami tertipuuuuu!! Tapi tak apalah berkat ketertipuan itu, kami jadi bersemangat! Tenaga kami bisa bangkit. Melihat kenyataan yang ada, tidak membuat kami patah semangad!! Kami semakin bersemangat.  



Walau baru mulai memasuki daerah Pathok 2, badai menyambut kami. Angin gede, debu pasir lembut, abu vulkanik, bergabung menemani langkah kami. Uuuffff...........

Di tengah perjalanan, utk pertama kalinya kami ketemu rombongan pendaki laen. Mereka berenam, 1 cewek 5 cowokok, dari Jogja. Pada istirahat tidur di tengah jalan. Sejenak kami berdua istirahat sambil menikmati bekal kami, dan sedikit bercengkrama dengan rombongan Jogja,  melepas letih ;-)

Setelah puas melepas sedikit lelah, kami pun melanjutkan langkah. Melompati anak-anak manusia yang pada bergelimpangan terlelap di tengah jalan setapak. Kasihan....
Anak-anak terlantarrr.....

Semangat yang semakin merekah. Bentangan jalur geger boyo telah terlihat jelas di depan kami. Terpaan badai beserta debu pasir dan abu vulkanik dari arah selatan, tak menyurutkan semangat dan tekad kami. pokoknya "HARUS PUNCAX"!!!!
go go go go go go go go go go go go go go go go go go go go go go
go go go go go go go go go go go go go go go go go go go go go go....

Berkali-kali kami harus memicingkan mata, melindungi bola mata kami dari serangan debu pasir dan abu vulkanik. Harusnya pake' kacamata renang, biar aman!!! Tapi kami gak persiapan. Yang kami persiapin malah kacamata kuda! Salah kostum! Hehehe. Hidung dan mulut kami bungkam dengan slayer. Lumayan melindungi!! Ingusku tak mau berhenti mengalir. Sejak awal perjalanan sampai saat ini. Tissue satu pack tinggal seperempat. Kantong clana lapanganku penuh sampah tissue bekas ingus!!! Perlu dimuseumkan!!! Hihihi...

Sampailah kami di sebuah lorong sempit di jalur geger boyo. Berhimpit2an kami berlindung di dalamnya. Berlindung dari terpaan badai dan debu. Berdua kami tunaikan ibadah sholat subuh. Sebenernya dah agak telat!!! Tapi tak apalah. Gusti Allah Maha Tahu, Maha Mengerti. Mengerti situasi dan kondisi kami ;-)
Menikmati sunrise dari balik lorong sempit. Baru beberapa menit kami bermesraan di dalam lorong tiba2 angin dan debu menyerbu masuk dan berputar di dalam lorong ikut bergabung dlm kemesraan kami!!! Huwaaaaaa.......... Kami berdua langsung berhamburan keluar lorong. Dan kembali melanjutkan langkah ;-)

Menghabiskan jalur geger boyo, Sampai di bukit memoriam. Wow! Satu pemandangan asing bagiku. Bukit ini sekarang sudah berubah. Memoriam di atasnya sudah lenyap, tinggal besi penyangga yang masih tetap berdiri lunglai di atas bukit. Warna hijaunya tidak luntur. Mata kami memandang ke bawah. Pemandangan yang semakin asing. Sangat asing. Sepuluh tahun kami mengenal tempat ini. Tempat ini sekarang telah berubah. Tak seperti saat pertama kami menyinggahinya. Pasar Bubrah semakin bubrah. Makin sempit.


Kami turun ke pasar bubrah. Batu besar di tengah-tengah Pasar Bubrah telah pecah, tinggal sebagian. Pos kecil di dekat batu besar telah lenyap. Tempat dulu kami sembunyi saat gak bawa dome (entah berapa tahun yang lalu). Batu dan kerikil tersebar dimana-mana. Kayaknya Pasar Bubrah dah gak bisa buat ngediri'in dome, kecuali kalo ada yang rela alas dome bolong-bolong dan robek-robek tertancap batu dan kerikil tajam. Runtuhan pasir dari arah puncak yang begitu banyaknya menutup sebagian halaman Pasar Bubrah, membuat Pasar Bubrah semakin sempit. Merinding.... Kami berdua memutuskan istirahat agak lama. Mo masak dulu. Kami bersembunyi di balik sisa batu besar di tengah Pasar Bubrah. Badai dan debu berkali-kali menyerbu. "Masak-masak dulu kayaknya asik", isi otak kami. Kami keLuarkan peralatan masak (pinjeman). Kami kaget saat ngluarin kompor dari sebuah pLastik putih kecil. Wackz.... Kompor model lama!!! Pas pinjem kemaren kami juga gak ngecheck dalamnya dulu. Ternyata isinya kompor gas model kupu2, model lama. Kami berdua sama-sama gak bisa ngrakit. Maklum, kompor pinjeman. Kami gak berani ambil resiko. Takut akan ledakan gas. Karna kami "HARUS PUNCAX"!!! Kalo sampe kami kena ledakan gas, bagaimana bisa kami sampe puncax!!! *muLai Lebay* Akhirnya kami makan bekal nasi yang dibawa Rian Ruli Narulita. Nasi dingin tanpa dipanasi. Gak pa pa lah... Yang penting perut kami terisi karbohidariat. Bekal energi menuju puncax. Makan nasi, lauk ikan goreng 2 potong!!! Tanpa ada nikmatnya cokLat susu hangat. Tanpa ada merahnya sarden hangat. Tak apa... Ini bagian dari titik ekstrim perjuangan!!! *Lebay lagi*
Aku meracik bekal minum bwt perjalanan ekstrim menuju puncax. Kali ini aku pengen air berasa!!! Berasa apa yaaaa enaknyaaa........ Aku pilih kolaborasi rasa mangga jeruk. Rian Ruli Narulita pilih rasa original mangga ;-) Kusiapkan 2 botol 600ml air berasa.... Kami rasa persiapan kami di Pasar Bubrah telah cukup. Kami berdiri memandang bukit pasir di depan kami. Satu bukit lagi menuju puncak. Sanggupkah??? HARUS SANGGUP!!! HARUS PUNCAX!!!! Ya Allah berilah kami semangat, tenaga, kelancaran... Semoga kami selamat sampai puncax, dan masih utuh saat kami kembali ke rumah. Amiin.

Tadi kami dikasih sedikit pengarahan dari bapak guide yang nganterin tamu buLe. Bapak tadi gak brani muncak gara-gara badai. Kami harus hati-hati melangkahi bukit pasir itu. Ambil jalur lahar paling kiri. Jangan sampe ngambil arah ke batu besar di pertengahan bukit (jalur menuju puncak sebelum erupsi). Karna bakal sulit kLo dari situ motong jalan ke arah kiri (selatan). Tujuan puncak adalah arah ke kawah mati. Kalo dari bawah, arah yang harus kami tuju adalah bagian bukit yang berwarna hitam, sebelah selatan. Inget, tidak ada jalur khusus menuju puncak. Keputusan dan keselamatan ada di otak, tangan, dan kaki kami sendiri. Bekas tapak manusia juga tidak terlihat, karena setelah erupsi kemarin masih jarang yang naik. Sekalipun ada, bekas tapak mereka juga akan terkubur oleh debu yang dibawa badai. Wejangan bapak itu kami perhatikan baek-baek ;-)
semangaaaaaaaaaadddddddddddddddd!!!!!!!!!
HARUS PUNCAX!!!!!!
go go go go go go go go go go go go go go go go go go go go go go
go go go go go go go go go go go go go go go go go go go go go go....

07:00 WIB
sebelum mengarungi bukit pasir menuju puncax, tak lupa kami menundukkan kepala lagi.
memanjatkan do'a...
deg2an, kami mulai perjalanan menuju puncax dengan hati yang sedikit tegang.
merapi yang sekarang bukanlah merapi yang dulu kami kenal.

perlahan kami berjalan ke arah selatan,sesuai apa yang diwejangkan bapak guide tadi.
kami jalan agak miring, ke arah barat daya.
kami temui selembar sobekan kain hijau yang sepertinya sengaja ditindih bebatuan.
kami lihat ke arah atas, sepertinya masih ada lagi sobekan kain hijau di sana.
mungkin pendaki2 sebelum kami sengaja memberi tanda lintasan menuju puncax.
kami ikuti arah sobekan kain hijau itu.
runtuhan pasir dan batu hasil erupsi merapi, tersebar tak beraturan di bukit ini.
pijakan2 kami selalu saja meruntuhkan pertahanan mereka.
angin kencang bercampur debu pasir dan abu vulkanik sering kali berputar2 mengiringi pijakan kami.

bila suara angin kencang terdengar berhembus mendekati kami,
kami akan segera menghentikan langkah,
tiarap di tempat, berlindung sejenak, sambil menahan tangis,
melindungi mata dan pernafasan kami dari serangan debu pasir dan abu vulkanik.
begitu berkali2 kami lakukan saat hal yang sama menghampiri kami.
bau khas belerang gunung berapi masih tercium jelas di hidung Rian Ruli Narulita.
namun aku tak merasakannya.
maklum, pilek membuat indaria penciumanku kacau!! hihihi....
berjalan perlahan, kutancapkan sepatu warrior ijo (pinjeman dari adekku) ke pasir2 di depannku.
teknik pendakian mahameru yang diajarkan Dhodhot kuterapkan di sini.
*tancapkan ujung sepatu ke jalan berpasir, agar pijakan kita tidak terlalu
jauh merosot ke bawah. biar kita tidak begitu membuang2 tenaga dan waktu*
khusus untuk jalur pasir, bukan utk jalur batu.
kLo teknik itu diterapkan di jalur batu,
bisa remuk kakiku,
tapi yang lebih kukhawatirkan, bisa remuk sepatu yang kupakai!! soalnya sepatu pinjeman, kLo rusak kan bisa berabe.
sepatu warrior ijo ukuran 40, pinjem dari adek'ku. padahal ukuran sepatuku cm 37!!!
bisa dibayangkan betapa luas ruang sisa dalam sepatu yang kupakai!!! tak ada orang yang peduli kLo aku pake' sepatu kebesaran dan amat sangat kedodoran!!! hahaha....
habisnya, aku dah gak punya sendal 'n sepatu gunung ciy!!!
kan sebenernya aku dah pensiun naek gunung!!! qaqaqa...

seperempat perjalanan di bukit pasir menuju puncax,
terlihat 3 orang cowok, rombongan dari jogja menyusul langkah kami.
3 orang dari rombongan mereka kayak'nya gak berani ambil resiko,
mereka lebih memilih menunggu 3 orang temannya dari balik batu di pasar bubrah.
sepertinya memang pilihan paling aman saat ini.
dan keputusan yang kami pilih adalah keputusan membahayakan nyawa sendiri!!!
sungguh tragis kedengarannya.
atau terlalu Lebay kedengarannya??? entahlah...
lebay ato tidak, kami tidak sempat membahas kata Lebay.
kami terlalu sibuk mengurusi pijakan mana yang harus kami pilih.

jalur dengan kemiringan lebih dari 60 derajat seringkali kami temui.
90 derajat pun tak mau kalah menghadang,
sempat kami panjat jalur vertikal (90 derajat), dengan ketinggian sekitar 1,8 meter.
kami mengabadikan moment ini dengan 2 buah photo dan
sebuah video berdurasi 43 menit, dengan kamera 3,2 MP, dari Hp Nokia'ku C2-01.
moment yang cukup mengerikan.
hihihi...

jalur dengan sebaran bebatuan terkadang terpaksa kami lalui.
ini yang agak membahayakan.
gak cuman agak!! tapi memang membahayakan.
membahayakan bagi orang di bawah kami.
kLo kami gak hati2 memijaknya, bisa2 sebaran batu2 tanpa lem itu
bisa runtuh menjatuhi orang di bawah kami.
itu berkali2 terjadi.
dan kami harus teriak keras2 kasih tanda pada orang di bawah kami.

3 orang cowok jogja di belakang kami,
kini telah menyejajarkan posisinya di dekat kami.
bahkan satu orang di antaranya telah berada lumayan jauh di depan kami.
dia telah berada di atas batu besar di bawah puncax.
dia lebih dulu mengambil keputusan ambil jalur kanan,
ke arah puncax pemancar.
dia kayaknya mengikuti sobekan kain hijau yang mengarah ke puncax pemancar.
bertolak belakang dengan wejangan bapak guide tadi.
Aku dan Rian Ruli Narulita agak bimbang dan bingung.
kami terdiam membisu di bawah batu besar.
bingung utk mengambil keputusan dan meneruskan arah langkah.
satu cowok jogja di sebelah selatanku teriak ke arahku,
tapi aku tidak begitu mendengar apa yang dibicarannya.
suara angin mengalahkan suara cowok itu.
*dasar'nya juga Wahyu tu boLot!!! Hikz*
aku menanyakan beberapa kali apa yang diucapkannya.
setelah mengulang beberapa kali akhirnya aku mendengar
apa yang diucapkannya.
ternyata dia menanyakan sesuatu padaku,
"Mbak, kamu masih mau ke puncax??",
cowok tadi berteriak kencang ke arahku.
kubuka slayer penutup mulutku sejenak,
kujawab dengan lantang, "Haaa??? Apa??? Puncax??? Aku masih mau ke puncax!!! AKU HARUS PUNCAX!!!".
Kututup lagi mulut & hidungku dengan sLayer.
lalu kulanjutkan langkahku menuju batu besar.
aku dan Rian Ruli Narulita mulai bingung "jalan mana yang harus kami tempuh".
untung sinyal INDOSAT penuh...
kutelepon sebuah nomor.
GAGAL.
kucoba lagi nomor yang laen.
GAGAL lagi.
kucoba sms, kutujukan ke dua nomor yang kucoba kutelepon tadi.
"Boz, kLo dari batu besar di bawah puncax, aku harus ambil
arah kemana? kanan ato kiri? bales cepet. thanx!"
kukirimkan sms tersebut ke 2 no M3: 085728038*** dan 085743654***
thring thring....
delivered!
yeachhh...
kutunggu balasan dari dua nomor tadi.
harap2 cemas.
akankah mereka baca smsku.
kutunggu sambil istirahat dalam sedikit  kecemasan.
Hp'ku getar!
thring thring...
sms masuk...
2 new message.
2 sms memberi petunjuk padaku.
2 petunjuk mengarahkanku ambil langkah motong ke kiri!!
Aku & Rian Ruli Narulita ambil keputusan, ambil langkah motong ke kiri.
2 cowok jogja tadi juga ambil langkah motong ke kiri.

hadew...
bener kata bapak guide tadi.
terlalu ngeri jalur pemotongan ke kiri.
jalur-jalur sempit kami lalui.
beberapa bekas jejak sepatu msh tertanam di pasir.
kami ikuti jejak2 itu ;-)



sebuah tebing miring (80 derajat) di kanan kami,
jalan pasir dengan lebar 10 cm di depan kami,
pasir tempat pijakan kami adalah ujung dari kemiringan kira2 75 derajat.
tak bisa kami bayangkan kLo pasir pijakan itu longsor!!Ya Allah, kuatkan pasir2 itu...

08:50 WIB
Hampir puncax....
semakin deg2an dan tak kuat menahan tangis.
agak tidak percaya apa yang sedang kami lalui.
PERMAINAN NYAWA.
tak kalah ngeri dengann perjalanan di bukit pasir MAHAMERU
yang kami lalui 3 minggu yang lalu....
dinding2 putih padat di sebelah kanan kami.
beberapa pijakan padat menyambut kami menuju puncax.
Empat langkah berinjak di pasir...aaaaaccccccccccchhhhhhhh.........
PUNCAAAAAAAAXXXXXXXXXXXXX..................
PUNCAAAAAAAAXXXXXXXXXXXXX..................
PUNCAAAAAAAAXXXXXXXXXXXXX..................
yeeeeeeeee...........
oye oye oye....
hore hore hore.....
*moment ini kami abadikan dalam sebuah video berdurasi 2 menit 41 detik*


Puncak merapi paling baru, paling update.
Pendakian merapi sekarang paling mentok cuman sampai kawah mati.
kawah mati sekarang telah bangkit dari kematiannya.
asap belerang berlarian keluar dari kawah mati.
uuuufffff...........

suasana puncax yang begitu asing.
5 meter pijakan pasir dengan kemiringan sekitar 70 derajat.
di sebelah selatan batu putih besar berdiri gagah.
Arah barat laut, harusnya ada jalan menuju puncax GARUDA *itu dulu*,
Tapi sekarang.....
jalan itu telah lenyap....
pelataran di ujung jalan juga telah lenyap...
dan.... “dimana GARUDAku”????
Lenyap.....
Sama sekali tak berbekas....
GARUDA yang dulu tinggal sayapnya, sekarang sama sekali telah lenyap bersama pijakan dan pelatarannya.
Kawah mati meluaskan areanya....
melahap puncak GARUDA dan pelatarannya....
Batu2 kecil yang dulu pernah tertata membentuk huruf2 d kawah mati juga hilang tak berbekas.
Suasana puncax yang terlalu asing bagi kami.

Terlalu banyak kenangan yang dulu pernah kami ukir di puncak GARUDA, dasar  kawah mati, pijakan GARUDA, kawah2 kecil yang tersebar di sebrang puncax GARUDA.
Puncax GARUDA tinggal kenangan.
Waktu itu kami hanya bisa menikmati sayapnya,
Tak kami sangka anak cucu kami cuman kebagian ceritanya.
*berkali2 aku merinding saat menulis note ini*

Kami tidak berani berlama2 di puncax.
Angin kencang beserta debu pasir & abu semakin menggila.
serasa cukup berphoto2 ria, kami memutuskan untuk turun.
Kami di puncax cuman sekitar 30menit.